Saya ingat pada lima hingga tujuh tahun lalu perangkat
BlackBerry saat itu sangat menjamur di tengah-tengah pasar pengguna
Indonesia. Mulai dari kalangan profesional, ibu rumah tangga, hingga
kalangan remaja tak luput dari kepopuleran perangkat yang kala itu masih
di bawah nama perusahaan Research In Motion (RIM). Namun kini
semuanya telah berubah, nama besar BlackBerry telah memudar dan
baru-baru ini sebuah riset menyatakan BlackBerry tidak lagi populer di
pasar Indonesia.
Seperti yang dilansir oleh The Jakarta Globe
hari ini, pasar Indonesia yang sempat menjadi pasar terbesar bagi
perangkat BlackBerry kini telah sepenuhnya berubah haluan. Siapa lagi
penyebabnya kalau bukan dari perangkat Android dan juga iOS yang
diwakili oleh iPhone dkk. Walau sempat “menyelamatkan diri” dengan
melepas aplikasi pesan instan andalannya BlackBerry Messenger (BBM) ke
platform lain, namun pesona dari BlackBerry tetap memudar.
Hal tersebut dapat dilihat pada laporan yang dilansir oleh International Data Corporation (IDC) melalui pemberitaan The Jakarta Globe mengenai laporan data pengapalan smartphone ke Indonesia. Dalam laporan itu, BlackBerry hanya mampu mengisi sebesar 14% dari 11 juta smartphone yang masuk ke pasar Indonesia pada tahun lalu. Kondisi ini membuat BlackBerry berada di balik bayang-bayang besar produsen smartphone lain seperti Samsung, Apple, Sony, dan bahkan Smartfren yang notabene bukan sebagai produsen smartphone. Perlu diingat, persentase pengapalan tidak berbanding sama dengan jumlah penjualan.
Pamornya yang menurun juga secara otomatis berimbas pada penjualannya
yang menurun. The Jakarta Globe juga mengungkapkan, penjualan handset
BlackBerry telah menurun drastis dan berbanding jauh dengan smartphone
merek lainnya di beberapa ritel, walau begitu ditemukan juga beberapa
pengguna yang kembali menggunakan BlackBerry karena tidak nyaman
menggunakan aplikasi BBM di platform lain namun itu tidak terlalu banyak.
Menurut IDC, hilangnya pamor BlackBerry di Indonesia – seperti yang
mungkin sudah diketahui oleh pembaca – salah satunya disebabkan oleh
BlackBerry yang dikenal “miskin” aplikasi-aplikasi mobile yang
populer. “BlackBerry telah kehilangan traksi pasar yang cukup besar dari
pasar pengguna aplikasi yang jauh lebih memilih ke sistem operasi lain
yang lebih memiliki banyak pilihan,” ungkap Darwin Lie salah satu analis
dari IDC seperti yang tertera dalam pemberitaan The Jakarta Globe.
Tidak populernya BlackBerry di Indonesia tentu juga mengakar di berbagai segmen pasarnya, seperti pada laporan Intermedia
beberapa waktu lalu, BlackBerry yang awalnya dirancang bagi kalangan
pebisnis, akhir-akhir ini posisinya tergeser oleh perangkat iOS.
Perangkat berlogo buah apel tersebut dinyatakan sebagai perangkat yang
jauh lebih diminati bagi kalangan pebisnis. Kondisi itu tentu menggeser
fungsi awal BlackBerry yang dikhususkan untuk pebisnis yang akhirnya
harus menyerah oleh platform yang menawarkan fungsi multi-purpose.
Bagaimana dengan segmen pasar pengguna lain? Sepertinya kondisi yang
ditemukan akan kurang lebih sama. Entah apa yang harus dilakukan oleh
BlackBerry dalam waktu-waktu ke depan untuk mengembalikan pamornya,
terlebih setelah Andrew Bocking, Executive Vice President dan penggagas
BBM, meninggalkan BlackBerry. Dengan dileburnya divisi BBM ke divisi
Global Enterprise Solutions, langkah BlackBerry jelas akan semakin
berat.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar